Perusahaan semikonduktor asal Tiongkok, SMIC, tetap mengembangkan teknologi proses 3nm meskipun sanksi dari AS masih terus berlanjut. Sanksi itu sendiri mencegah perusahaan asal Tiongkok untuk mengakses hardware serta teknologi yang berasal dari Amerika Serikat, termasuk mesin litografi generasi terbaru untuk memproduksi chip. Namun, sepertinya itu tidak menghentikan mereka untuk terus mengembangkan teknologi proses generasi selanjutnya.
Seperti dilaporkan oleh Nikkei, SMIC sudah memulai penelitian soal teknologi proses 5nm dan 3nm, setelah mereka sukses mengembangkan 7nm generasi keduanya yang akan digunakan untuk membuat prosesor smartphone. Tim penelitian itu dipimpin co-CEO Liang Mang-Song, seorang peneliti semikonduktor ternama dan juga mantan pemimpin tim saat dirinya masih bekerja di TSMC dan Samsung.
Namun, yang menjadi tantangan mereka selanjutnya setelah pengembangan teknologi proses 5nm dan 3nm adalah, bagaimana mereka bisa mengatasi masalah alat produksi wafer generasi terbaru. Alat tersebut tidak bisa didapatkan selama sanksi ekonomi Amerika Serikat ke Tiongkok masih berlangsung. Untuk diketahui, SMIC bergantung pada ASML, perusahaan asal AS, dalam mengadakan alat litografi mereka.
Baca Juga: Apple Berupaya Gaet Sejumlah Penerbit Berita untuk Latih Generative AI Mereka • HOOQ.ID
SMIC saat ini hanya bisa bergantung pada mesin litografi deep ultraviolet (DUV) untuk memproduksi chip dengan teknologi proses 7nm generasi keduanya. Namun, mereka tentunya akan membutuhkan mesin litografi extreme ultraviolet (EUV) yang lebih canggih untuk teknologi proses yang lebih kecil lagi, terutama node 3nm. SMIC sendiri adalah lima terbesar dalam industri foundry, dan tentunya keterbatasan tersebut bakal sangat mengancam posisi mereka.
Sumber